GALAKSI
Galaksi adalah sebuah sistem masif yang terikat gaya
gravitasi yang terdiri atas bintang (dengan segala bentuk manifestasinya,
antara lain bintang neutron dan lubang hitam), gas dan debu medium
antarbintang, dan materi gelap–komponen yang penting namun belum begitu
dimengerti.[1][2] Kata galaksi berasal dari bahasa Yunani galaxias (γαλαξίας),
yang berarti "seperti susu," yang merujuk pada galaksi Bima Sakti
(bahasa Inggris: Milky Way [jalan susu]). Galaksi yang ada berkisar dari
galaksi katai dengan hanya sepuluh juta (107) bintang[3] hingga galaksi raksasa
dengan seratus triliun (1014) bintang,[4] yang semuanya mengorbit pada pusat
massa galaksi masing-masing. Matahari adalah salah satu bintang dalam galaksi
Bima Sakti; tata surya termasuk bumi dan semua benda yang mengorbit Matahari.
Tiap galaksi memiliki jumlah sistem bintang dan gugus
bintang yang beragam, demikian juga jenis awan antarbintangnya. Di antara
galaksi-galaksi ini tersebar medium antarbintang berupa gas, debu, dan sinar
kosmis. Lubang hitam supermasif terdapat di pusat sebagian besar galaksi.
Diperkirakan lubang hitam supermasif inilah penyebab utama inti galaksi aktif
yang ditemukan pada sebagian galaksi. Galaksi Bima Sakti diketahui memiliki
setidaknya satu lubang hitam supermasif.[5]
Secara historis galaksi dikelompokkan berdasarkan bentuk
terlihatnya atau biasa disebut morfologi visualnya. Bentuk yang umum adalah
galaksi eliptis,[6] yang memiliki profil cahaya berbentuk elips. Galaksi spiral
adalah galaksi berbentuk cakram dengan lengan galaksi yang melengkunng dan
berisi debu. Galaksi dengan bentuk yang tak beraturan atau tidak biasa disebut
galaksi tak beraturan dan biasanya disebabkan karena gangguan oleh tarikan
gravitasi galaksi tetangga. Interaksi yang demikian antara galaksi-galaksi yang
berdekatan dapat menyebabkan penggabungan, yang terkadang meningkatkan jumlah
pembentukan bintang hingga menghasilkan galaksi starburst.[7]
Kemungkinan terdapat lebih dari 170 miliar (1,7 × 1011)
galaksi dalam alam semesta teramati.[8] Sebagian besar berdiameter 1000 hingga
100.000 parsec[9] dan biasanya dipisahkan oleh jarak beberapa juta parsec (atau
megaparsec).[10] Ruang antargalaksi diisi oleh gas tipis dengan kerapatan massa
kurang dari satu atom per meter kubik. Sebagian besar galaksi diorganisasikan
ke dalam sebuah hierarki himpunan yang disebut kelompok dan gugus, yang pada
gilirannya membentuk himpunan yang lebih besar yang disebut gugus raksasa.
Dalam skala terbesar himpunan-himpunan ini umumnya tersusun dalam lapisan dan
untaian yang dikelilingi oleh kehampaan yang sangat luas.[11]
Meskipun belum dipahami secara menyeluruh, materi gelap
kemungkinan menyusun sekitar 90% dari massa sebagian besar galaksi.[butuh
rujukan] Data pengamatan menunjukkan lubang hitam supermasif kemungkinan ada di
pusat dari banyak (kalau tidak semua) galaksi.
Etimologi
Kata galaksi berasal dari istilah bahasa Yunani untuk
menyebut galaksi kita, galaxias (γαλαξίας) atau kyklos galaktikos (κύκλος
γαλακτικός). Masing-masing berarti "sesuatu yang menyerupai susu" dan
"lingkaran susu",[12] sesuai dengan penampakannya di angkasa berupa
pita putih samar. Dalam mitologi Yunani, Zeus menempatkan anak laki-lakinya
yang dilahirkan oleh manusia biasa, bayi Heracles, pada payudara Hera ketika
Hera sedang tidur sehingga bayi tersebut meminum susunya dan karena itu menjadi
manusia abadi. Hera terbangun ketika sedang menyusui dan kemudian menyadari ia
sedang menyusui bayi yang tak dikenalnya: ia mendorong bayi tersebut dan air
susunya menyembur mewarnai langit malam, menghasilkan pita cahaya tipis yang
dikenal dalam bahasa Inggris sebagai Milky Way (jalan susu).[13][14]
Ketika William Herschel menyusun "katalog nebula"
miliknya pada tahun 1786, dia menggunakan istilah "nebula spiral"
untuk objek-objek tertentu seperti objek M31. Di kemudian waktu akan disadari
bahwa objek tersebut sebenarnya merupakan kumpulan dari banyak bintang, dan
dipakailah istilah "island universe" ("alam semesta pulau")
untuk merujuk pada objek yang demikian. Namun, kemudian disadari bahwa kata
"universe" (alam semesta) berarti keseluruhan jagad raya, sehingga
istilah ini tidak dipakai lagi dan objek yang demikian kemudian dikenal sebagai
galaksi.[15]
Sejarah pengamatan
Pengetahuan bahwa kita hidup di dalam sebuah galaksi dan
bahwa terdapat banyak galaksi lainnya, diperoleh seiring dengan
penemuan-penemuan kita tentang Bima Sakti dan nebula-nebula lainnya di langit
malam.
Bima Sakti
Pusat galaksi Bima Sakti
Filsuf Yunani Democritus (450–370 SM) mengemukakan bahwa
pita kabut putih di langit malam hari yang dikenal sebagai Bima Sakti
kemungkinan terdiri dari bintang-bintang yang sangat jauh jaraknya.[16] Namun
Aristoteles (384–322 SM), memercayai bahwa pita tersebut disebabkan oleh "kobaran
hembusan napas yang menyala-nyala dari banyak bintang besar yang berjarak dekat
satu sama lain" dan bahwa "kobaran ini terjadi di bagian atas
atmosfer, yaitu di wilayah dunia yang selalu diisi dengan gerakan
surgawi."[17] Filsuf neoplatonis Olympiodorus Junior (± 495–570) kritis
terhadap pandangan ini secara ilmiah, beralasan bahwa jika memang benar Bima
Sakti berada di wilayah sublunar (terletak antara bumi dan bulan), maka
harusnya ia terlihat berbeda pada waktu dan tempat yang berbeda di bumi, dan ia
seharusnya memiliki paralaks, yang ternyata tidak. Dalam pandangannya, Bima
Sakti terletak jauh di angkasa. Pendapat ini akan sangat berpengaruh nantinya
di dalam dunia Islam.[18]
Menurut Mohani Muhammad, astronom Arab Ibnu Haitham
(965–1037) adalah orang yang melakukan usaha-usaha pertama dalam mengamati dan
mengukur paralaks Bima Sakti,[19] dan ia menjadi "berkeyakinan kuat bahwa
karena Bima Sakti tidak memiliki paralaks, pastilah jaraknya sangat jauh dari
bumi dan bukannya berada dalam atmosfer."[20] Astronom Persia Al-Biruni
(973–1048) mengemukakan bahwa Bima Sakti merupakan "kumpulan yang tak
terhitung jumlahnya dari bagian-bagian yang bersifat seperti bintang
nebula."[21][22] Astronom Andalusia Ibnu Bajjah (dikenal di barat dengan
nama latin "Avempace", meninggal 1138) mengemukakan bahwa Bima Sakti
dibentuk oleh banyak bintang yang saling hampir bersentuhan satu dengan yang
lain sehingga tampak menjadi seperti gambar sinambung akibat pengaruh pembiasan
dari material sublunar,[17][23] mengutip hasil pengamatannya terhadap konjungsi
antara Jupiter dan Mars sebagai bukti bahwa hal tersebut dapat terjadi jika dua
objek saling berdekatan.[17] Pada abad ke-14, ilmuwan kelahiran Suriah Ibnu
Qayyim, mengemukakan bahwa Bima Sakti merupakan "bintang-bintang kecil
yang tak terhitung jumlahnya saling berdesakan dalam alam bintang-bintang
tetap".[24]
Bukti nyata bahwa Bima Sakti terdiri atas banyak bintang,
datang pada tahun 1610 ketika astronom Italia Galileo Galilei menggunakan
sebuah teleskop untuk mempelajari Bima Sakti dan menemukan bahwa Bima Sakti
tersusun atas bintang-bintang redup dalam jumlah yang luar biasa banyaknya.[25]
Pada tahun 1750 astronom Inggris Thomas Wright, dalam bukunya An original
theory or new hypothesis of the Universe (Teori asli atau hipotesis baru
tentang Alam Semesta), berspekulasi (namun benar) bahwa Bima Sakti kemungkinan
adalah sebuah badan berputar dari bintang-bintang dalam jumlah besar yang
diikat oleh gaya gravitasi, serupa dengan tata surya namun dalam skala yang
jauh lebih besar. Piringan bintang yang dihasilkan dapat terlihat sebagai pita
di langit dari sudut pandang kita dalam piringan tersebut.[26] Dalam risalah
pada tahun 1755, Immanuel Kant mengembangkan ide Wright tentang struktur Bima
Sakti.
Bentuk Bima Sakti yang disimpulkan dari hitungan bintang
oleh William Herscel pada tahun 1785; tata surya dianggap berada di dekat pusat
galaksi.
Usaha pertama untuk menggambarkan bentuk Bima Sakti dan
letak matahari di dalamnya dilakukan oleh William Herschel pada tahun 1785
dengan cara menghitung secara hati-hati jumlah bintang yang ada di berbagai
wilayah langit yang beda. Dia menghasilkan sebuah diagram bentuk Bima Sakti
dengan tata surya terletak dekat dengan pusatnya.[27] Menggunakan pendekatan
yang lebih baik, Jacobus Kapteyn pada tahun 1920 sampai pada kesimpulan berupa
sebuah gambar galaksi elipsoid kecil (dengan garis tengah kira-kira 15
kiloparsec) dengan matahari terletak dekat dengan pusat galaksi. Metode yang
berbeda oleh Harlow Shapley berdasarkan pengatalogan gugus bola menghasilkan
gambar yang sangat jauh berbeda: sebuah piringan pipih dengan garis tengah
kira-kira 70 kiloparsec dan matahari terletak jauh dari pusat galaksi.[26]
Kedua analisis tersebut gagal memperhitungkan penyerapan cahaya oleh debu
antarbintang yang ada di bidang galaksi, namun setelah Robert Julius Trumpler
menghitung efek ini pada tahun 1930 dengan mempelajari gugus terbuka, gambaran
terkini galaksi tuan rumah kita, Bima Sakti, terlahir.[28]
Pembedaan dari nebula lainnya
Sketsa Messier 51 oleh Lord Rosse pada tahun 1845, yang
kemudian dikenal sebagai Galaksi Pusaran
Pada abad ke-10, astronom Persia As-Sufi membuat pengamatan
yang tercatat paling awal terhadap galaksi Andromeda, menggambarkannya sebagai
"awan kecil".[29] As-Sufi yang menerbitkan temuannya dalam Kitab
Bintang-Bintang Tetap pada tahun 964, juga mengenali Awan Magellan Besar yang
dapat dilihat dari Yaman, walau bukan dari Isfahan; dan galaksi ini tidak akan
dilihat oleh orang Eropa hingga perjalanan Magellan pada abad ke-16.[30][31]
Galaksi Andromeda ditemukan kembali secara terpisah oleh Simon Marius pada
tahun 1612.[29] Hanya kedua galaksi inilah galaksi di luar Bima Sakti yang
mudah dilihat dengan mata telanjang, menjadikan keduanya sebagai
galaksi-galaksi pertama yang diamati dari bumi. Pada tahun 1750 Thomas Wright
dalam bukunya An original theory or new hypothesis of the Universe (Teori asli
atau hipotesis baru tentang Alam Semesta), berspekulasi (namun benar) bahwa
Bima Sakti adalah sebuah badan berputar dari bintang-bintang, dan bahwa
beberapa nebula yang tampak di malam hari bisa jadi merupakan Bima Sakti yang
lain.[26][32]
Menuju akhir abad ke-18, Charles Messier menghimpun sebuah
katalog yang berisi 109 nebula (objek angkasa dengan tampilan berkabut) yang
paling terang, yang kemudian diikuti dengan sebuah katalog yang lebih besar
yang berisi 5.000 nebula disusun oleh William Herschel.[26] Pada tahun 1845,
Lord Rosse membangun sebuah teleskop baru yang mampu membedakan nebula elips
dan spiral. Dia juga berhasil membedakan titik-titik sumber cahaya tunggal di
beberapa nebula ini.[33]
Pada tahun 1912 Vesto Slipher membuat penelitian dengan
spektrografi terhadap nebula-nebula spiral paling terang untuk menentukan
apakah mereka terbuat dari bahan-bahan kimia yang diharapkan ada dalam sebuah
sistem planet. Namun Slipher menemukan bahwa nebula spiral memiliki geseran
merah yang tinggi, menunjukkan bahwa mereka sedang bergerak menjauh dengan
kecepatan yang lebih tinggi dari kecepatan lepas Bima Sakti. Karena itu
disimpulkan bahwa galaksi-galaksi tersebut tidak terikat secara gravitasi pada
Bima Sakti dan kecil kemungkinannya merupakan bagian dari Bima Sakti.[34][35]
Pada tahun 1917, Heber Curtis mengamati bahwa terdapat
sebuah bintang baru, S Andromedae, dalam "Nebula Andromeda Besar"
(sebagaimana Galaksi Andromeda, Objek Messier M31 dikenal saat itu). Dengan
mencari rekaman foto, dia menemukan 11 bintang baru lainnya. Curtis
memperhatikan bahwa bintang-bintang baru ini rata-rata 10 magnitudo lebih redup
dibandingkan dengan bintang-bintang baru yang muncul di galaksi kita. Sebagai
hasilnya dia dapat menghitung perkiraan jaraknya adalah 150,000 parsec. Dia
menjadi pendukung hipotesis yang disebut "island universes" yang
beranggapan bahwa nebula spiral sebenarnya adalah galaksi tersendiri.[36]
Foto "Nebula Andromeda Besar" dari tahun 1899,
yang kemudian dikenal sebagai Galaksi Andromeda
Pada tahun 1920, apa yang disebut "Debat Besar"
terjadi antara Harlow Shapley and Heber Curtis mengenai sifat Bima Sakti,
nebula spiral dan dimensi alam semesta. Untuk mendukung klaimnya yang
menyatakan Nebula Andromeda Besar merupakan sebuah galaksi luar, Curtis
menunjukkan bukti berupa munculnya jalur-jalur gelap menyerupai awan debu yang
terdapat pada Bima Sakti dan juga pergeseran Doppler yang cukup besar.[37]
Permasalahan tersebut terselesaikan dengan pasti pada tahun
1922 ketika astronom Estonia Ernst Öpik memberikan penentuan jarak yang
mendukung teori bahwa Nebula Andromeda adalah benar merupakan sebuah objek luar
galaksi yang jauh.[38] Dengan menggunakan teleskop 100 inci baru milik
Observatorium Gunung Wilson, Edwin Hubble berhasil menentukan bahwa bagian luar
sebagian nebula spiral merupakan kumpulan dari bintang-bintang tunggal dan
mengidentifikasi beberapa Bintang variabel Chepeid, yang memungkinkannya
memperkirakan jarak nebula-nebula tersebut: mereka terlalu sangat jauh untuk
dapat menjadi bagian dari Bima Sakti.[39] Pada tahun 1936 Hubble menciptakan
sebuah sistem klasifikasi untuk galaksi yang masih dipergunakan hingga saat ini
yakni urutan Hubble.[40]
Penelitian modern
Kurva rotasi galaksi spiral biasa: perkirakan berdasarkan
materi terlihat (A) dan kecepatan teramati (B). Sumbu vertikal mewakili
kecepatan rotasi dan sumbu horizontal mewakili jarak objek dari pusat galaksi.
Galaksi terjauh saat ini: GN-z11
Pada tahun 1944, Hendrik van de Hulst memperkirakan akan
adanya radiasi gelombang mikro dengan panjang gelombang 21 cm yang berasal dari
gas antarbintang yang berisi atom hidrogen;[41] radiasi ini diamati pada tahun
1951. Radiasi ini memungkinkan penelitian yang jauh lebih baik terhadap galaksi
Bima Sakti, karena radiasi tersebut tidak terpengaruh penyerapan oleh debu
antarbintang, dan pergeseran Doppler-nya dapat digunakan untuk memetakan
pergerakan gas tersebut di dalam galaksi. Pengamatan ini mendorong terciptanya
postulat tentang struktur batang yang berputar pada pusat galaksi.[42] Dengan
teleskop radio yang ditingkatkan, gas hidrogen dapat juga dilacak pada
galaksi-galaksi lain.
Pada tahun 1970, berdasarkan penelitian Vera Rubin terhadap
kecepatan rotasi gas dalam galaksi, ditemukan bahwa total massa terlihat
(bintang dan gas) tidak sesuai dengan kecepatan berputar gas tersebut. Masalah
perputaran galaksi ini dikira dapat dijelaskan dengan adanya sejumlah besar
materi gelap yang tak terlihat.[43][44]
Sejak tahun 1990-an, Teleskop Angkasa Hubble menghasilkan
pengamatan yang lebih baik. Di antaranya, hasil pengamatan dengan Teleskop
Hubble membuktikan bahwa materi gelap yang hilang dalam galaksi kita tidak
mungkin pada dasarnya hanya terdiri dari bintang-bintang redup atau kecil.[45]
Hubble Deep Field, sebuah foto dengan eksposur yang sangat panjang wilayah
langit yang relatif kosong, memberikan bukti bahwa terdapat kira-kira 125
miliar (1.25×1011) galaksi di alam semesta.[46] Peningkatan dalam teknologi
pendeteksian spektrum-spektrum tak kasat mata (teleskop radio, kamera
inframerah, dan teleskop sinar x) memungkinkan pendeteksian galaksi-galaksi
lain yang tidak terdeteksi sebelumnya oleh teleskop Hubble. Secara khusus, survei
galaksi dalam zona langka galaksi (wilayah langit yang terhalang oleh Bima
Sakti) berhasil menunjukkan sejumlah galaksi baru.[47]
Jenis dan bentuk
Jenis-jenis galaksi berdasarkan sistem klasifikasi Hubble. E
merupakan tipe galaksi eliptis, S merupakan galaksi spiral, dan SB merupakan
galaksi spiral berbatang.[note 1]
Galaksi dapat dikelompokkan dalam tiga jenis utama: eliptis,
spiral dan tak beraturan. Gambaran yang lebih lengkap mengenai jenis galaksi
berdasarkan bentuknya bisa didapatkan dalam sistem klasifikasi Hubble. Karena
sistem klasifikasi Hubble hanya berdasarkan pada pengamatan visual, klasifikasi
ini mungkin melewatkan beberapa karakteristik penting dari galaksi, seperti
laju pembentukan bintang (di galaksi starburst) dan aktivitas inti galaksi (di
galaksi aktif).[7]
Eliptis
Sistem klasifikasi Hubble membedakan galaksi eliptis
berdasarkan tingkat keelipsannya, dari E0 yang hampir berupa lingkaran, hingga
E7 yang sangat lonjong. Galaksi dalam kategori ini memiliki bentuk dasar
elipsoid, sehingga tampak elips dari berbagai sudut pandang. Galaksi tipe ini
tampak memiliki sedikit struktur dan sedikit materi antarbintang, sehingga
galaksi demikian memiliki sedikit gugus terbuka dan laju pembentukan bintang
yang lambat. Galaksi tipe ini didominasi oleh bintang tua yang beredar
mengelilingi pusat gravitasi dengan arah yang acak. Bintang-bintang dalam
galaksi ini memiliki sedikit unsur-unsur berat karena pembentukan bintang sudah
berhenti setelah lonjakan awalnya. Dalam hal tersebut, galaksi tipe ini mirip
dengan gugus bola.[48]
Galaksi-galaksi terbesar di alam semesta berbentuk galaksi
eliptis raksasa. Kebanyakan galaksi eliptis dipercayai terbentuk akibat
interaksi antar galaksi yang menyebabkan tabrakan atau penggabungan.[49]
Galaksi starburst merupakan akibat dari tabrakan yang demikian dan dapat
menyebabkan pembentukan galaksi eliptis.
Spiral
Galaksi Pusaran (kiri), sebuah galaksi spiral tanpa batang.
Galaksi spiral terdiri dari sebuah piringan bintang-bintang
yang berotasi, materi antarbintang, serta sebuah tonjolan pusat yang terdiri
dari bintang-bintang tua. Selain itu, terdapat lengan-lengan spiral terang yang
menjulur dari tonjolan pusat. Dalam sistem klasifikasi Hubble, galaksi spiral
digolongkan sebagai tipe S, diikuti sebuah huruf (a, b, atau c) yang menunjukkan
tingkat kerapatan dari lengan spiral dan ukuran dari tonjolan pusat. Galaksi Sa
memiliki lengan spiral yang samar dan bergulung rapat, serta tonjolan pusat
yang relatif besar. Sedangkan galaksi Sc memiliki lengan spiral yang jelas dan
melebar serta tonjolan pusat yang relatif kecil.[50] Galaksi spiral dengan
lengan yang tidak jelas terkadang disebut galaksi spiral flocculent. Sedang
galaksi dengan lengan yang jelas dan menonjol disebut galaksi spiral grand
design.
Dalam galaksi spiral, lengannya membentuk pola seperti
spiral logaritmis, pola yang secara teoretis terbentuk karena adanya gangguan
terhadap massa bintang yang berputar seragam. Dalam teori gelombang kepadatan
lengan spiral ini diperkirakan berisi materi berkepadatan tinggi.[51] Saat
bintang melewati salah satu lengan galaksi kecepatannya dipengaruhi oleh gaya
gravitasi daerah yang kepadatan materinya lebih tinggi, dan kembali normal saat
bintang sudah melewatinya. Efek ini mirip dengan "gelombang"
pelambatan mobil di jalan raya yang penuh mobil. Lengan galaksi terlihat jelas
karena kepadatan materi yang tinggi memungkinkan pembentukan bintang sehingga
terdapat banyak bintang muda dan terang di sana.[52]
NGC 1300, contoh galaksi spiral berbatang.
Sebagian besar galaksi spiral memiliki kumpulan bintang
berbentuk batang lurus yang memanjang keluar dari sisi daerah inti dan kemudian
bergabung dengan struktur lengan spiral.[53] Dalam sistem klasifikasi Hubble,
galaksi ini dikategorikan sebagai SB, dan diikuti huruf (a, b atau c) yang
mengindikasikan bentuk lengan spiralnya (serupa dengan penggolongan galaksi
spiral biasa). Batang galaksi diperkirakan merupakan struktur sementara yang
disebabkan oleh gelombang materi berkepadatan tinggi dari inti galaksi, atau
karena interaksi pasang surut dengan galaksi lain.[54] Banyak galaksi spiral
berbatang yang berinti aktif, kemungkinan karena adanya gas yang menuju ke inti
melalui lengan spiral.[55]
Galaksi Bima Sakti merupakan galaksi spiral berbatang ukuran
besar[56] dengan diameter sekitar 30 kiloparsec dan ketebalan sekitar satu
kiloparsec. Bima Sakti memiliki sekitar 200 miliar (2×1011)[57] bintang dengan
massa total sekitar 600 miliar (6×1011) kali massa Matahari.[58]
Bentuk lain
Objek Hoag, merupakan galaksi cincin.
Galaksi ganjil (peculiar galaxy) merupakan galaksi yang
memiliki sifat-sifat yang tidak biasa karena interaksi pasang surut dengan
galaksi lain. Contohnya adalah galaksi cincin, yang memiliki struktur mirip
cincin berisi bintang dan materi antarbintang yang mengelilingi inti kosong. Galaksi
cincin diperkirakan terbentuk saat galaksi kecil melewati inti galaksi yang
lebih besar.[59] Kejadian tersebut mungkin pernah dialami galaksi Andromeda
yang memiliki beberapa struktur mirip cincin jika diamati pada spektrum
inframerah.[60]
NGC 5866, merupakan galaksi lentikular. NASA/ESA
Galaksi lentikular merupakan bentuk pertengahan yang
memiliki sifat baik dari galaksi eliptis maupun galaksi spiral, dan
dikategorikan sebagai tipe S0 dan memiliki lengan spiral yang samar-samar serta
halo berisi bintang yang berbentuk eliptis.[61] (Galaksi lentikular berbatang
masuk dalam klasifikasi Hubble SB0).
Selain yang disebutkan dalam klasifikasi di atas, terdapat
beberapa galaksi yang tidak dapat langsung digolongkan ke dalam bentuk eliptis
atau spiral. Kelompok ini digolongkan sebagai galaksi iregular. Galaksi
iregular tipe Irr-I memiliki semacam struktur, namun tidak jelas masuk dalam
salah satu klasifikasi Hubble. Galaksi iregular tipe Irr-II tidak memiliki
struktur apapun yang mirip klasifikasi Hubble, dan kemungkinan pernah terganggu
oleh galaksi lain.[62] Contoh terdekat galaksi (katai) iregular adalah Awan
Magellan.
Katai
Meski galaksi eliptis dan spiral terlihat sangat menonjol,
namun sepertinya sebagian besar galaksi di alam semesta merupakan galaksi
katai. Galaksi katai tampak relatif kecil jika dibandingkan dengan galaksi
lain, kira-kira hanya seperseratus dari ukuran Bima Sakti dan hanya berisi
beberapa miliar bintang. Bahkan beberapa galaksi katai ultra-kompak baru-baru
ini ditemukan yang hanya berukuran 100 parsec panjangnya.[63]
Beberapa galaksi katai dapat mengitari sebuah galaksi
tunggal yang lebih besar; Bima Sakti sendiri memiliki sedikitnya selusin
satelit yang demikian, dengan perkiran 300–500 lagi belum ditemukan.[64]
Galaksi katai dapat juga diklasifikasikan lagi menjadi eliptis, spiral, atau
tak beraturan. Karena galaksi katai eliptis kecil hanya memiliki sedikit
kemiripan dengan galaksi eliptis besar, maka mereka lebih sering disebut
galaksi sferoid katai.
Sebuah penelitian terhadap 27 galaksi tetangga Bima Sakti,
menemukan bahwa setiap galaksi katai memiliki massa pusat kurang lebih 10 juta
massa matahari terlepas dari apakah galaksi tersebut memiliki seribu atau
sejuta bintang. Hal ini mendorong pada kesimpulan bahwa galaksi sebagian
besarnya terdiri dari materi gelap, dan bahwa ukuran minimumnya mungkin
menunjukkan keberadaan semacam materi gelap hangat, yang tak mampu melakukan
peleburan gravitasi dalam skala kecil.[65]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar